Senin, 14 Maret 2016

Bujang Lapuk


"Rik, kapan lo nikah?"
"Ya gak tau, bang. Cari istri kan gak kayak cari toge"

Nama gue Erik, umur 36 tahun, tinggi 183cm , berat 70kg.

"Gimana dia mau nikah, Bang. Kerjaan aja kagak punya", sahut Bang Iwan.
"Bener juga. Cari kerja Rik, biar cewek-cewek pada demen sama lo", kata Bang Rojak.
"Ya sabar bang. Cari kerja kan gak kayak cari toge", kata gue

Nama gue Erik, umur 36 tahun, profesi : penjaga pos ronda

"Misi, Bang. Saya mau tanya, tau alamat ini gak?", tanya cewek cantik yang tiba-tiba menghampiri kami.
"Ha? Alamat ini neng?", kata Bang Rojak sembari membaca secarik kertas yang diberikan cewek itu.
"Ini sih udah deket, neng mau dianter atau gak?", tanya Bang Iwan.
"Ah gak usah Bang, ngerepotin", jawab cewek itu
"Ye gapapa, kita gak ada kerjaan kok. Rik, anterin nih si eneng. Awas jangan lo apa-apain", kata Bang Iwan
"Eh tapi Bang, kenapa gue?"
"Udah sana, bawel banget", kata Bang Rojak
"Kesempatan", bisik Bang Iwan.

Akhirnya gue nganterin cewek itu ke alamat yang dituju. Sepanjang perjalanan, gue dan dia cuma diem. Karena gue gak tau harus ngomong apa. Kalau gue bisa dengan mudahnya ngomong sama cewek, gue gak mungkin jadi bujang lapuk.

"Makasih ya Bang", kata cewek itu.
"Iya, sama-sama neng. Abang permisi dulu ya", jawab gue

Gue pergi dan dari jauh gue ngeliat ke arah dia, dan ternyata dia masih berdiri di depan rumahnya. Mata kita saling bertemu.

Dag dig dug. Siapa yang gak deg-degan kalau ngeliat cewek dengan rambut panjang, kulit putih, badan langsing dengan tinggi hampir setara model. Atau jangan-jangan memang dia model yang lagi pulang kampung.

"Ah!!!! Jangan mimpi Rik, cewek secantik itu gak akan mau sama bujang lapuk dan pengangguran", gumam gue


-beberapa bulan kemudian-

"Rik, sombong lo sekarang. Jarang banget main ke pos", kata Bang Rojak
"Lah ini gue main Bang. Haha. Gue sekarang udah kerja Bang", jawab gue
"Widih, kerja apaan lo?", tanya Bang Iwan.
"Gue kerja sama Babe Surip, jadi supir buat nganterin sayur ke kota. Lumayan lah bayarannya", jawab gue.
"Duitnya pasti buat modal nikah kan, Rik", kata Bang Iwan sambil tertawa.
"Iya lah pasti Bang haha. Tapi gak tau nih, belom tentu dia mau" , jawab gue.
"Ha?? Dia?? Jadi lo udah ada calonnya? Kok lu gak cerita. Gileee gak nyangka gue", ucap Bang Rojak heran
"Masih inget cewek yang waktu itu nanya alamat sama kita empat bulan yang lalu? Itu dia namanya Risa Bang, gue pacaran sama dia udah dua bulan", jawab gue.
"Oh, yang cantiknya kayak model itu? Gileee Rik, lu pake pelet apa, bisa kecantol gitu" , kata Bang Rojak.
"Buruan nikahin Rik, keburu diembat orang" , saut Bang Iwan.
"Ya nanti deh Bang", jawab gue


Gue emang pengen banget nikah. Diliat dari umur gue yang udah tua banget, gak pantes kalau gue masih sendiri. Tapi kan nikah harus pakai modal. Lagian Risa itu cantik banget, takutnya kalau gue beneran nikah, gue disangka pelet anak orang lagi.


-enam bulan setelah gue pacaran sama Risa-

"Ris, abang boleh nanya sesuatu gak?", tanya gue ke Risa
"Boleh kok Bang, mau nanya apa?"
"Kamu cinta gak sama abang?"
"Cinta lah Bang. Kok nanya gitu?", tanya Risa
"Kalau gitu, berarti kamu mau dong nikah sama abang"
"Ya mau lah Bang. Tapi abang emang mau nikah sama aku? Udah siap buat nerima aku apa adanya?", tanya Risa
"Abang cinta banget sama kamu. Jadi pasti abang akan terima kamu apa adanya", jawab gue tegas.
"Kalau gitu, abang tutup mata dong", pinta Risa

Gue pun tanpa ragu nutup mata gue. Setelah gue tutup mata, Risa ngeraih tangan gue, menaruh tangan gue di dadanya dia. Gile gue pengen pipis...... tapi tiba-tiba, loh ini apa? Tiba-tiba gue pegang sesuatu yang udah gak asing lagi buat gue, tiap kali gue ke toilet pasti gue pegang ini benda. Tapi kok? Kok?

"Ris, boleh abang buka mata?", pinta gue
"Boleh kok Bang", jawab Risa

Setelah gue buka mata, ternyata bener. Itu salah satu harta karun yang gue juga punya.

"Jadi mau nikah sama aku gak Bang? Sebenernya aku pulang kampung gara-gara aku mau minta uang sama abah. Nanti kalau udah ada uangnya, aku balik lagi ke thailand buat sempurnain ini. Abang mau nunggu atau gimana?" , ucap Risa.
"Ha? Ha?"


-beberapa bulan kemudian-

"Woy Rik, gak jadi nikah lu sama Risa?"

Nama gue Erik, umur 37 tahun, tinggi 183cm , berat 75kg.
Profesi : bujang lapuk.

Jesi


Namaku Jesi, aku anak tunggal. Papaku seorang Direktur perusahaan makanan dan mamaku bekerja sebagai wakil Direktur di perusahaan yang sama. Apapun yang aku inginkan, selalu ada. Baju, makanan, uang, dan semuanya. Bahagia bukan? Ketika apa yang kau inginkan selalu ada. Ya, aku sangat bahagia.

"Jesi, cepat habiskan makanannya. Kita harus buru-buru berangkat"
"Iya, Pa", jawabku.


-di mobil-

"Hari ini apakah Mama dan Papa akan pulang malam lagi?", tanyaku.
"Tidak, Jesi. Mama dan Papa akan pulang lebih cepat", jawab Mama.

"Ya, kita sudah sampai", kata Papa
"Belajar yang benar, Jesi", kata Mama sembari melambaikan tangannya dibalik kaca mobil.

Namaku Jesi. Aku adalah orang yang paling bahagia, karena apa yang aku inginkan selalu ada. Umurku 17 tahun, aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku punya banyak teman, aku juga punya seorang pacar, namanya Teddy.

"Dooorrrrr"
"Teddy...", kata ku kaget
"Haha, tumben pagi banget datangnya? Kamu masih mimpi ya? Haha", ucap Teddy sambil mengusap-usap kepalaku.
"Hehe", tawaku

Teddy, aku menyayanginya, walaupun dia bukan pacar pertamaku aku sangat menyayanginya. Aku tidak pernah membayangkan jika aku harus putus dengannya dan dia berpacaran dengan orang lain.

Teng teng teng. Bel istirahat berbunyi.
"Ted, apa kau ada waktu hari ini?", tanyaku
"Waktu? Pasti. Aku selalu ada waktu untukmu", jawabnya sambil tersenyum. Ya, senyum termanis yang membuatku sangat mencintainya.
"Kalau begitu, nanti sepulang sekolah, bisa kau tunggu aku di belakang sekolah? Aku punya kejutan untukmu"
"Kejutan? Kejutan apa? Lalu, kenapa harus di belakang sekolah?", tanya Teddy heran.
"Kau ingat hari apa besok? Besok hari ulang tahun mu, aku takut kalau besok kita tidak sempat untuk merayakannya, jadi aku ingin memberi kejutannya hari ini", jawabku
"Haha, baiklah. Tapi seharusnya kau tidak perlu repot-repot, besok waktuku luang kok, jadi besok pasti kita bisa merayakannya lagi"
"Aku harap begitu", kataku.

Teeeetttttttttttt. Bel pulang sekolah berbunyi. Aku harus segera mempersiapkan kejutan untuk Teddy.
"Ted, bisa kau duluan ke belakang sekolah? Aku akan menyusul", pintaku
"Oke", jawabnya


-belakang sekolah-

Duuuuukkkk
Jesi. Uh. Jesi? Jesi?
"Selamat ulang tahun, Teddy. Aku sangat menyayangimu. Ini, aku membawakan kue kesukaan mu. Makanlah"

Daaaaaak daaaaaaakkkkk daaaaakkkk
"I love you Teddy", kataku sambil menciumnya


-keesokan harinya-

"Apa? Teddy hilang?"
"Iya, kemaren orang tuanya meneleponku"
'Hey, Jesi. Apa kau tahu dimana Teddy? Kau kan pacarnya?"
"Tidak. Tidak tahu. Lagipula. Aku sudah putus", kataku.

Uh. Baunya belum hilang. Tapi tak apa, sebab itulah mengapa aku sangat mencintainya.

Namaku Jesi. Aku orang yang paling bahagia, karena apa yang aku inginkan selalu ada.